PT KP PRESS - Harga minyak melanjutkan penguatan yang terjadi sejak kemarin. Kamis (30/4) pukul 6.59 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2020 di New York Mercantile Exchange (Nymex) berada di US$ 16,01 per barel. Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini naik 6,31% dari harga penutupan perdagangan kemarin pada US$ 15,06 per barel. Dalam dua hari berturut-turut, harga minyak melesat 29,74% dari posisi US$ 12,34 per barel pada Selasa lalu.
KONTAK PERKASA FUTURES - Harga minyak ini melesat setelah rilis laporan persediaan minyak AS yang naik lebih rendah daripada prediksi. Menurut data American Petroleum Institute (API), persediaan minyak mentah AS naik 10 juta barel menjadi 510 juta barel pada sepekan yang berakhir 24 April lalu. Angka ini sedikit lebih rendah daripada ekspektasi kenaikan 10,6 juta barel. PT KONTAK PERKASA - Data API juga menunjukkan bahwa persediaan bensin turun 1,1 juta barel. Prediksi analis, stok bensin naik 2,5 juta barel. "Harga minyak WTI mulai mempersempit penurunan karena data yang tidak lebih buruk daripada prediksi," ungkap JBC Energy kepada Reuters. JBC Energy menambahkan bahwa data persediaan API juga mengindikasikan penurunan stok bensin untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan terakhir. "Ini menjadi sinyal pasar yang lebih optimistis," ujar JBC Energy. Perusahaan konsultasi Rystad Energy memperkirakan para produsen shale oil AS memangkas produksi sekitar 300.000 barel per hari pada bulan Mei dan Juni. Ini akan memperlambat tingkat penggunaan kapasitas tangki. AS saat ini menjadi negara dengan produksi minyak terbesar dunia. PT KONTAK PERKASA FUTURES - "Harapan bagi minyak WTI akan tejadi pekan depan," kata Jeffrey Halley, analis OANDA kepada Reuters. Regulator di negara bagian Texas yang merupakan produsen minyak terbesar, akan memutuskan langkah pemangkasan pada voting 5 Mei mendatang. Otoritas di North Dakota dan Oklahima juga menimbang cara untuk memungkinkan pemangkasan secara legal. Pemangkasan ini, jika disetujui, akan menambah pemangkasan produksi global OPEC+ yang mencapai hampir 10 juta barel per hari. Pemangkasan OPEC+ yang akan dimulai 1 Mei ini setara dengan 10% produksi minyak global. Harapan pemulihan permintaan minyak turut mengangkat harga pada perdagangan sejak kemarin. "Rencana penghapusan lockdown yang lebih detail dan luas di Eropa menjadi sinyal positif. Ini akan mengangkat permintaan minyak," kata Lachlan Shaw, head of commodity research National Australia Bank kepada Reuters. Harga minyak Brent untuk pengiriman Juni 2020 di ICE Futures pun melanjutkan kenaikan yang terjadi dua hari sebelumnya. Harga minyak acuan internasional ini berada di US$ 23,06 per barel, naik 2,31% dalam sehari dan mengakumulasi kenaikan 15,36% dalam tiga hari perdagangan. Source : kontan.co.id
0 Comments
PT KP PRESS - Menebak arah pasar dalam kondisi wabah seperti sekarang ini adalah tantangan besar. Ada begitu banyak ketidakpastian yang terjadi di seluruh dunia. Mulai dari polarisasi yang terjadi di berbagai belahan dunia sampai absennya pemimpin dunia saat ini.
KONTAK PERKASA FUTURES - Berikut ini wawancara Kontan dengan Adrian Panggabean Chief Economist Bank CIMB Niaga Tbk untuk membahas forecast mengenai kondisi ekonomi di tahun ini. Apa bedanya krisis sekarang ini dengan krisis-krisis sebelumnya? PT KONTAK PERKASA - Kalau kita lihat di tahun 1945 waktu terjadi global crisis itu yang muncul dari depresi itu kan memunculkan global solution dalam bentuk multinational institution. IMF itu mulainya di situ, di tahun 1945. Multinational Institution itu adalah ini adalah institusi-institusi pasca Perang Dunia ke-2. Muncul arsitektur baru, enggak bisa lagi nih namanya competitive devaluation yang kemudian menyebabkan perang itu. Nah itu IMF sama World Bank kan munculnya di situ. Terus kemudian global arsitektur yang baru UNDP, Ecosoc segala macam. PT KONTAK PERKASA FUTURES - Lalu krisis tahun 1998 itu kan itu kan epicenter-nya kan di Asia. Kalau kita lihat itu prosesnya itu mulai dari 1997-1998 itu. Krisis itu kan hampir 2 tahun setiap negara mengurusi diri sendiri, karena hampir semua negara juga punya masalah politik. Yang paling besar kan Indonesia. Tapi walaupun dengan berbagai masalah politik di dalam negeri, akhirnya diselesaikan. Tapi sampai dengan 2000 atau 2001 itu kan sebetulnya kondisi Asia itu enggak stabil karena satu dan lain hal ya. Baik exchange rate-nya maupun karena apa segala macamnya. Jadi kalau kita ingat itu tahun 2000-2001 itu kan mulai muncul misalnya ide inisiatif Asian Monetary Fund untuk mengimbangi IMF. Terus kemudian muncul namanya bilateral swop agreement Chiang Mai Initiative. Lalu kemudian penguatan berbagai macam inisiatif regional. Bahkan konstelasi di Asian Development. Terus banyak lagi kerjasama-kerjasama sampai kemudian muncul lagi koordinasi ASEAN+3. Dulu kan munculnya dari situ. Nah itu kan sebenarnya adalah regional solution, Asian Solution. Nah baru setelah itu muncul Asian Solution itu baru tahun 2001, Asia berkembang cepat sekali. Nah jadi ada regional solution terhadap regional problem. Sementara kalau kita lihat krisis di tahun 2008 epicenter-nya kan Trans-Atlantic, Amerika Serikat dan Eropa. Jadi jebolnya karena housing di Amerika Serikat tapi banyak yang punya exposure di Eropa misalnya di Irlandia, Iceland. Rontoknya Amerika itu menyebabkan rontoknya Eropa juga. Nah solusi global yang muncul di situ misalnya Dodd-Frank Act, ada juga kerjasama Troika, kerjasama IMF, European Centre Bank dan European Union itu kan regional solution at the Europe level. Ada juga kan FATCA (Foreign Account Tax Compliance Act) untuk Trans Atlantic. Solusi itu kemudian menyebabkan perubahan dalam tatanan global. IFRS 9 misalnya yang tahun ini sudah mulai dipakai itu. Itu kan sebenarnya benih-benihnya dari sana kan, bahwa untuk valuation dari ini harus mark to market. Itu kan munculnya dari sana, dari krisis 2008. Nah jadi sekarang ini kan di tahun 2020, tapi krisis tahun 1998, 2008 itu kan kalau kita lihat polarisasi enggak kayak sekarang. Di tahun 1998 itu polarisasi malah hilang karena tahun 1992 kan Uni Soviet runtuh, jadi tadinya dari bipolar world menjadi unipolar Amerika Serikat, jadi polarisasi itu enggak ada. Nah tahun 2008 situasi polarisasi politik itu kan enggak kayak sekarang. Nah sekarang ini berat ya karena segala macam polarisasi gampang sekali kita lihat, misalnya antara negara maju dan berkembang, antara OPEC dan non OPEC sampai kemudian harga minyaknya hancur kayak begini. Kemudian polarisasi karena agama, polarisasi di dalam negeri karena Trump sendiri, Republican dan Democrat. Jadi apa yang terjadi di Indonesia, itu juga sama terjadi di Eropa antara left wing dengan right wing, antara liberalisme dan conservativism, jadi polarisasi setiap facet dari kehidupan sosial, politik, maupun agama. Nah ini adalah satu kondisi yang susah, susah untuk terjadinya konsensus. Ya karena masing-masing sudah punya pandangan. Source : kontan.co.id PT KP PRESS - Harga emas turun tipis pada pagi ini setelah mencapai level tertinggi pada Kamis pekan lalu. Senin (27/4) pukul 7.20 WIB, harga emas spot berada di US$ 1.723,99 per ons troi, turun 0,32% ketimbang harga pada akhir pekan lalu. Level tertinggi terkini harga emas adalah pada US$ 1.730,51 per ons troi pada Kamis lalu. Ini adalah level tertinggi harga emas sejak November 2012. Sementara harga tertinggi emas adalah pada US$ 1.900,20 per ons troi yang tercapai pada 5 September 2011.
KONTAK PERKASA FUTURES - Investor mencari alasan untuk profit taking setelah harga emas mencapai level tertinggi. Hal inilah yang menyebabkan emas turun dalam dua hari perdagangan terakhir. "Saya tidak melihat ada perbaikan ekonomi yang menawarkan stabilitas," kata Phil Streible, chief market strategist Blue Line Futures kepada Bloomberg. PT KONTAK PERKASA - Sementara RBC Capital Markets memperkirakan harga emas akan berada dalam kondisi penurunan setidaknya hingga ada kebijakan penuh dari regulator global. "Ketika itulah uji harga emas yang sebenarnya," ungkap RBC Capital dalam catatan. PT KONTAK PERKASA FUTURES - RBC Capital mengungkapkan bahwa kombinasi suku bunga rendah, stimulus jumbo, serta ketidakpastian tinggi menyebabkan alokasi emas secara global meningkat meski pasar saham sudah membaik. Harga emas bergerak di atas level US$ 1.700 sejak Rabu pekan lalu. Harga yang yang tinggi ini beriringan dengan pergerakan indeks dolar. Indeks yang mencerminkan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia ini berada di ats 100 sejak Selasa pekan lalu. Hari ini pun indeks dolar turun tipis ke 100,30. Edward Moya, senior market analyst OANDA mengatakan bahwa emas diuntungkan kombinasi stimulus dari seluruh dunia. Ada ekspektasi tinggi bahwa stimulus masih akan terus mengucur dan makin besar. "Hal yang dapat menekan reli harga emas adalah vaksin Covid-19," kata Moya kepada Reuters. Source : kontan.co.id PT KP PRESS - Harga emas bergerak anomali. Mengutip Bloomberg, harga emas spot pada Kamis (23/4) pukul 12:15 WIB berada di US$ 1.713,20 per ons troi, turun 0,05% dari penutupan kemarin. Kemarin, harga emas spot empat melonjak cukup tinggi karena ekspektasi untuk langkah-langkah stimulus fiskal dan moneter di tengah ancaman kehancuran ekonomi akibat virus corona.
KONTAK PERKASA FUTURES - "Ini adalah badai sempurna untuk emas ... Pembeli abadi membeli emas karena semua stimulus global terjadi," kata Michael Matousek, kepala pedagang di Global Investors AS dikutip dari Reuters. "Emas ada di pasar bull. Anda akan sulit sekali menemukan sesuatu yang memiliki pergerakan harga jenis ini dan tren ini sedang terjadi sekarang sehingga Anda secara alami membuat orang tertarik padanya," tambahnya. PT KONTAK PERKASA - Emas cenderung mendapat manfaat dari langkah-langkah stimulus dari bank sentral, karena sering dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Dewan Perwakilan AS akan mengesahkan RUU coronavirus pada Kongres pada hari Kamis ini. Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan, membuka jalan bagi hampir US$ 500 miliar lebih dalam bantuan ekonomi di tengah pandemi. PT KONTAK PERKASA FUTURES - Pandemi virus corona telah memaksa banyak negara untuk memperpanjang penguncian untuk mengekang penyebarannya dan menggelontorkan jumlah fiskal dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendukung ekonomi mereka. "Harga emas adalah barometer ekonomi dan politik kesejahteraan kita dan investor melakukan apa yang dilakukan bank sentral, membeli emas untuk menopang mata uang," George Gero, direktur pelaksana RBC Wealth Management dalam sebuah catatan. Source : kontan.co.id PT KP PRESS - Tekanan akibat potensi resesi akibat pandemi virus corona masih akan menghantui komoditas energi di tahun ini. Karena itu, penting bagi komoditas energi melakukan pengurang produksi agar harga tak jatuh terlalu dalam, mengingat permintaan juga sedang berkurang drastis. Menurut Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono, jika kondisi tersebut dapat dilakukan maka supply demand diyakini bisa kembali stabil.
KONTAK PERKASA FUTURES - Meskipun begitu, dia mengakui dari sisi harga saat ini masih cenderung melemah karena, permintaan global tengah memburuk kepada hampir semua komoditas. Wahyu menghitung, pergerakan harga minyak mentah akan berada di kisaran US$ 10 hingga US$ 40 per barel. Bahkan, teritori negatif masih memungkinkan untuk kembali terjadi. Sementara itu, untuk harga batubara diperkirakan bakal bergerak di rentng US$ 30 per ton hingga US$ 70 per ton, di mana level US$ 50 per ton masih menjadi harga gravitasional bagi si hitam. PT KONTAK PERKASA - Untuk CPO, pergerakan harganya diprediksi berada di kisaran RM 1.700 per ton hingga RM 2.500 per ton, dengan harga gravitasional di level RM 2.200 per ton. Adapun untuk gas alam diprediksi bergerak di level US$ 1,3 per mmbtu hingga US$ 2,1 per mmbtu. Murahnya harga beberapa komoditas energi saat ini, dinilai Wahyu jadi momentum yang dimanfaatkan negara superpower seperti China dan Amerika Serikat (AS) untuk melakukan penimbunan pasokan. Apalagi, untuk minyak dan batubara. PT KONTAK PERKASA FUTURES - Wahyu juga mencium adanya unsur politik pada pergerakan harga komoditas saat ini, sehingga direspon dengan aksi beli. "Untuk CPO tidak terlalu strategis, sehingga semua bergantung kepada solusi ekonomi global dan juga kepada Malaysia dan Indonesia sebagai major produsennya. Ini lebih kepada balancing supply demand nantinya," pungkas dia. Source : kontan.co.id |
AuthorKontak Perkasa Bandung Archives
February 2022
|